Ayat Bacaan: 1 Petrus 4:7-19
Era Pandemi covid-19 di tahun 2020, dalam mengisi waktu-waktu luang “social-distancing”, ada salah satu progran TV yang sangat saya sukai yaitu “Britain’s Got Talent” khusus seri Most Dangerous Acts Ever yang menampilkan kontestan melakukan hal-hal berbahaya dan bisa mengancam nyawa seseorang. Bahkan juri sekelas Simon Cowell, Amanda Holden, Alesha Dixon dan David Walliams harus beberapa kali menahan nafas dan menutup muka.
Bahkan sayapun larut dengan penampilan seperti Andrew Lee keturunan Cina sambil memegang sebilah pisau, mata tertutup dan dengan “tenang” melemparkan pisau ke arah papan yang dipegang oleh Host Declan Donnelly.
Penonton histeris dan kagum bertepuk tangan sebab pisau tersebut juga menancap salah satu kartu kartu yang sedang berterbangan. Ternyata kartu tersebut salah satu yang dipilih Declan.
Hanya dengan “ketenangan” juga, Jonathan Goodwin, stunt Performer yang berani tampil dengan tubuh terikat dan dibungkus dengan pakaian ketat dan berantai sambil terbakar serta tergantung, dia berusaha membuka semua ikatan dengan cepat dan berhasil.
Talenta dan ketrampilan mereka sebagai escapology (seni keluar dari perangkap) membutuhkan penguasaan diri “ketenangan” dan kosentrasi secara phsikologis.
Kesudahan segala sesuatu sudah dekat
Petrus dalam suratnya yang pertama 4:7-19 juga memberi peringatan tentang arti “ketenangan” ketika umat Kristen harus berhadapan dengan “pengekangan” dan berbagai perangkap oleh kekuasaan Nero yang melemparkan “hoax” bagi umat Kristen sebagai sumber kebakaran kota Roma dan berbagai bagai tuduhan kebencian.
Orang Kristen dibakar dijadikan obor, sementara anjing-anjing pemburu dijadikan tontonan saat mencabik-cabik tubuh orang kristen, berbagai siksaan terjadi.
Bagi yang lolos melarikan diri dan hidup dalam penderitaan.
Rasul Petrus dan Paulus jadi korban dari penyiksaan zaman itu (Tacitus, senator yang juga sejarawan yang menyaksikan penderitaan orang Kristen dicatat sebuah buku “annais” tahun 116).
1 Petrus 4:7-19, dimulai dengan kata penghiburan “kesudahan segala sesuatu sudah dekat” (kesudahan: Yun “telos”) yang artinya tujuan dari dahulu hingga sekarang dan akan datang di rancang oleh Allah.
Dengan demikian pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kali sudah dekat, yakni sesuatu “waktu” dimana kita harus mempersiapkannya (band Ibr 10:25.Yak 5:8-9.1 Yoh 2:18). Oleh sebab itu Petrus meminta ada penguasaan diri “ketenangan” (memiliki akal) agar dapat berdoa.
Pengharapan inilah yang menjadikan orang Kristen sekalipun “menderita” dia dapat berbuat yang baik (ay 8-10). Bukan dengan pertimbangan (sungut-sungut) atau perhitungan untung-tugi, tetapi berdasarkan karunia-karunia yang dianugrahkan bagi tiap orang percaya untuk jadi kesaksian.
Dan Allah dipermuliakan didalam Yesus (ay 11c). Terlebih didalam menghadapi penderitaan orang Kristen harus bersukacita (ay 13) tidak perlu merasa malu (ay 15,16) bila kita menderita karena berbuat “baik” dan menjadi berkat bagi yang lain.
Kita dapat mengerjakan sesuatu itu dengan bersukacita
Memasuki Bulan Juli Sulut berada pada angka 1192 positif, (3.810 sedang menunggu hasil swab). Keprihatinan terhadap pandemi Covid-19 tidak begitu kuat lagi dibanding pada 12 April lalu, saat itu baru 17 positif dan kecemasan, ketakutan dan kekuatirang sangat tinggi.
Fenomena ini diingatkan kita juga pada bulan Juli Tahun 64 Kota Roma di bakar oleh kaisar Nero, 3 kecamatan musnah, 14 daerah rusak ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Orang kristen dijadikan kambing hitam dari issu negatip dan mengalami penderitaan.
Memasuki bulan Juli 2020 Kota Manado terbakar dengan “zona merah” yang menghadirkan “klaster” tanpa kekuatiran terhadap penyebaran virus corona Rasul Petrus mengingatkan pada ayat 11 agar berhati-hati kita berbicara dan mengeluarkan pendapat yang bersifat “adu-domba” dan membakar kebencian dengan “hoax-Nero” tetapi orang Kristen dipanggil untuk berbicara berdasarkan “firman Allah” bekerja untuk melayani sekalipun penderitaan sedang kita hadapi.
Penghakiman Allah akan terjadi dan “nyala api siksaan” adalah pengujian (band 1:6,7) bagi orang Kristen dalam persiapan kedatangan Yesus yang kedua kali.
Kerinduan “tutup-buka” usaha-usaha ekonomi, seperti lebih penting dari angka positif yang semakin besar. Kita seperti berlajar kepada stunt performer yang mampu keluar dari jeratan yang mengikat kita (escapology). Kita butuh “ketenangan” untuk membuka “klaster-klaster” terselubung yang tak terdeteksi, agar meminimalisir penyebaran.
Dengan kekuatan karunia yang dianugrahkan Tuhan, kita dapat mengerjakan sesuatu itu dengan bersukacita “Yun ; Agalliomenoi” (band.Mat 5:12).
Artinya orang Kristen adalah bersukacita dalam kemuliaan-Nya.
Oleh karena orang-orang percayapun hampir tidak dapat diselematkan apalagi mereka yang fasik, kafir, dan suka berbuat dosa (ay 18).
Dimasa pandemi ini kita dipanggil untuk tinggalkan perbedaan, dan sekat-sekat yang mengikat dalam bentuk egois, sombong,mementingkan diri sendiri, merasa diri hebat dan cerdas bahkan saling membunuh, mencuri, penjahat dan “pengacau” (ay 15): hal tidak dapat diterima dalam “penyucian” nanti ( psl 1:6,7) sebab penghakiman akan dimulai dari rumah Allah (orang percaya). “Kuasailah dirimu dan jadilah tenang supaya kamu dapat berdoa”
amin