Ayat Bacaan: Kolose pasal 3 ayat 5 sampai 17
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka). Dahulu kamu juga melakukan hal-hal itu ketika kamu hidup di dalamnya. Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya; dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.
Kerangka Khotbah:
Tuhan menghadirkan dan menempatkan kita di tengah keberagaman suku, bahasa, agama dan budaya. Semua keragaman itu merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dirawat secara benar, baik dan bertanggung jawab oleh setiap insan yang ada di dunia ini.
Namun, akhir-akhir ini keberagaman itu sedang diuji keutuhannya oleh beragam ideologi yang sedang marak di bumi pertiwi. Sebagai umat Allah, kita juga hidup, beraktivitas dan berkarya di tengah keberagaman itu.
Tahun 2018 disebut “Tahun Politik” dimana sejak kemerdekaan RI untuk pertama kalinya Pilkada serentak akan diselenggarakan. Persaingan antara Partai, Paslon dengan team suksesnya, masing-masing berjuang menjadi pemenang. Dalam persaingan ini, seringkali gesekan kepentingan berpotensi melahirkan konflik horizontal.
Umat Allah sebagai warga Negara, seyogyanya menjalankan peran nya, merajut kesatuan-persatuan anak-bangsa yang secara historis ditandai sebagai masyarakat pluralis, penuh keberagaman dan sekaligus perbedaan. Bila mana orang Kristen telah menjadi “Manusia Baru” dalam Kristus, maka memiliki potensi dan peran, merajut kesatuan-persatuan di tengah keberagaman. Keyakinan ini didasarkan pada kebenaran sebagai berikut:
- Kita dimampukan Tuhan menjaga kesatuan-persatuan
Alasan utamanya ialah kita ini umat Allah sebagai Manusia Baru, dimampukan untuk menanggalkan Manusia Lama dan menerima perbedaan. Manusia Baru menanggalkan perbuatan dosa dan berbagai keinginan duniawi yang merusak, sebab dimana ada irihati dan mementingkan diri sendiri, disitu ada kekacauan dan berbagai macam bentuk kejahatan.
Selain itu, dimampukan untuk menerima perbedaan: Perbedaan suku, beda budaya, beda kepribadian, beda status sosial, beda latar belakang. Dengan berbuat demikian, umat Allah telah menjalankan salah satu peran penting, demi merajut kesatuan-persatuan bangsa.
- Kita dimampukan Tuhan karena ada buah-buah roh
“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” – Galatia pasal 5 ayat 22 sampai 23.
Umat Allah sebagai Manusia Baru, dimampukan menampilkan buah-buah Roh.
Di antara buah-buah Roh yang telah disebutkan, kasih berperan sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Dalam ketidak-sempurnaannya, manusia tidak luput dari salah dan dosa, namun bila kasih Allah bekerja, umat Allah dapat mengampuni sesamanya sehingga tidak membawa pada perpecahan.
- Kita dimampukan Tuhan karena diperlengkapi untuk berbuat baik
“Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” – Efesus pasal 2 ayat 10.
“Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman” – Galatia pasal 6 ayat 10.
Umat Allah sebagai Manusia Baru dimampukan melahirkan kata dan perbuatan yang memberkati banyak orang. Pepatah bilang: Mulutmu adalah harimaumu. Kata-kata yang keluar dari mulut, menggambarkan sikap hati. Dari mulut yang sama, bisa keluar kata yang memberkati orang lain, namun bisa pula keluar kata yang menyinggung dan melukai perasaan orang lain yang pada gilirannya menerkam diri sendiri.
Dalam situasi politik yang rawan konflik kepentingan, kita sebagai Manusia Baru yang disebut sebagai Umat Allah, hendaknya berperan merajut kesatuan-persatuan dan mencegah perpecahan. Dengan tidak berbuat yang tercela; apalagi belajar menerima perbedaan, maka sesungguhnya kita telah mulai menjalankan peran merajut yang disertai kata dan perbuatan yang baik sebagai buah-buah Roh Kudus. Selamat Merajut Kesatuan-Peratuan. Tuhan memberkati kita semuanya.
Sumber: Pdt. Dr. Söchiwolo`ö Ndruru, M.Th
Amein HaleluYAH, saya bersyukur utk firmanNya
memang tdk mungkin semua menjadi satu agama, tapi yg pasti semua akan dihakimi oleh satu-satunya Tuhan. tetap ikutlah Tuhan Yesus