Menjadi Kristen Yang Berbeda (Bag.2)

  • Whatsapp

Ayat Bacaan : Matius pasal 5 ayat 13 sampai 16, Markus pasal 4 ayat 21 sampai 22

Kerangka Khotbah :
sambungan

Read More

2. Menjadi Terang Dunia

Yang kedua Yesus berkata,“Kamu adalah terang dunia” Apa maksudnya? Terang di sini bukan terang listrik,juga bukan terang cahaya matahari. Terang di sini adalah terang dari pelita yang dipakai orang  pada waktu itu. Pelita ini harus memiliki beberapa unsur terlebih dahulu agar bisa menyala. harus ada bejana, baik dari emas, perak atau besi, minyak, sumbu dan sumber api. Beberapa unsur harus bersatu dan bekerja sama baru bisa menjadi terang. Tidak bisa hanya satu saja, misalnya hanya ada sumbu saja, pelita tidak bisa menyala. Sekali lagi kita melihat , ada penekanan pada unsur persatuan.  Unsur persatuan perlu ada  dalam hidup orang Kristen, bukan hanya untuk  menjadi garam, tetapi juga untuk menjadi terang. Kalau belum bersatu, bagaimana bisa menjadi terang?

Yesus berkata,“Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang,” Maksunya terang dari Tuhan tidak boleh ditutup, disembunyikan bahkan dipadamkan. Terang dari Tuhan harus dinyatakan kepada seluruh orang, harus diangkat ke tempat yang tinggi, agar memberi terang kepada dunia ini, seperti kota yang letaknya di atas bukit, yang keberadaanya jelas terlihat dan tidak mungkin disembunyikan. Seperti pelita yang menyala, cahayanya menerangi seluruh rumah, tidak mungkin disembunyikan.  Kalau kita adalah terang, orang lain akan melihat kita dengan jelas. Dan kita harus berani menjadi sesuatu untuk dilihat orang.

Di dalam Bait Allah ada banyak pelita. Ada semacam pelita yang menjadi seperti lilin yang bercahaya, menerangi Bait Allah. Pada hari menjelang Sabat, atau pada saat-saat hari peringatan tertentu, seperti hari perdamaian setahun sekali, maka pelita-pelita itu harus dimatikan dan asapnya  tidak boleh sampa menyebar ke dalam ruangan Bait Allah, karena itu berarti mencemari Bait Allah. Maka mereka memiliki alat semacam mangkok untuk menutupi pelita itu, sehingga pelita itu mati,dan asapnya tidak sampai keluar kemana-mana. Itu merupakan kebiasaan dalam Perjanjian Lama.

Yesus berkata pelita tidak boleh ditaruh di bawah gantang, hal ini berbeda sekali dengan ditaruh di bawah tempat tidur. Kalau di bawah tempat tidur, berarti disembunyikan, pelita itu tidak akan berfungsi menjadi penerang bagi seluruh rumah. Kalau ditutupi dengan gantang, itu berarti dimatikan, sehingga sama sekali tidak memiliki fungsi sebagai pelita lagi. Murid-murid memahami betul perumpamaan ini, tetapi masih saja ada yang tidak memberikan respon. Mereka memahami pelita itu tidak boleh ditutupi dengan gantang, karena itu kebiasaan mereka. Pelita itu tidak boleh ditaruh di bawah tempat tidur, mereka juga memahai karena itu juga kebiasaan mereka.Hidup kita tidak boleh menjadi hidup yang ditutupi oleh gantang, melainkan harus transparan, harus bisa dilihat oleh orang lain. Jika kebenaran Tuhan yang ada  di dalam diri kita ditutupi dengan gantang, bagaimanakah orang lain bisa melihat kebenaran Tuhan?

Pelita pada waktu bercahaya tidak ada suara.  Sebenarnya kesaksian hidup kita akan berbicara lebih keras dari kesaksian bibir kita. Kesaksian kita lebih penting dari khotbah kita. Jikalau kita memang memiliki Kristus dalam kehidupan kita, tanpa harus gembar-gembor bahwa kita ini orang yang percaya Yesus, orang akan tahu dari perbuatan dan tutur kata kita. Orang melihat kita begitu lemah lembut, begitu penuh perhatian, begitu rajin membantu orang, takut akan Tuhan, jujur dan bertanggung jawab, maka orang bisa menyimpulkan sendiri dan tidak perlu dibuatkan pengumuman. Bila pelita kita sudah menyala dan dilihat orang, berarti kita sudah berani menjadi orang Kristen yang berbeda.

Di dalam kehidupan orang Kristen ada bagian-bagian yang bersifat pribadi, ada bagian-bagian yang bersifat umum. Tuhan Yesus mengajarkan dengan jelas apa  yang harus dilakukandi tempat tersembunyi dan apa yang harus dilakukan di tempat terbuka. Untuk hal yang harus dilakukan di tempat yang tersembunyi Tuhan Yesus berkata,“Ketika engkau berdoa, berdoalah di tempat yang tersembunyi. Ketika engkau memberi persembahan, tangan kanan memberi, tangan kiri tidak usah tahu, Ketika engkau berpuasa, jangan menampilkan wajah yang menyatakan dirimu berpuasa, biarlah Bapamu yang di Sorga mengetahui itu.” Itu adalah hal-hal yang pribadi dalam hidup kita. Bukan berarti kita tidak boleh berdoa di depan umum, tetapi itu bukan tugas umum kita. Tugas umum kita ialah menjadi pelita yang bercahaya menerangi semua orang !

Setiap kali kita menyala, pasti ada orang yang senang dan ada yang tidak senang. Pada waktu malam orang membutuhkan terang dan mereka senang, tetapi pencuri tidak senang dengan terang. Demikian juga halnya orang-orang yang jahat, mereka tidak senang dengan terang karena terang itu dapat menelanjangi hidup mereka, menyatakan perbuatan mereka yang tidak baik. Tetapi, bagaimanapun juga , kita harus tetap menjadi terang !.

Begitu terang itu menyala, sumbu akan terbakar, minyak akan habis, ini adalah suatu bentuk pengorbanan. Seperti Yohanes Pembaptis yang dikatakan Yesus sebagai “pelita yang menyala dan bercahaya” (Yohanes pasal 5 ayat 35), karena kesaksiannya, bahkan ia mati dengan dipengggal kepalanya oleh Raja Herodes. Bagaimana dengan kita? Apakah kita sudah menjadi pelita yang menyala, menjadi saksi bagi Tuhan  di tengah-tengah keluarga, di lingkungan tempat tinggal kita, di lingkungan pekerjaan kita, sudahkah kita rela berkorban sebagai mana pelita akan kehabisan sumbu dan minyaknya? Sudahkah kita menanggalkan manusia lama kita demi untuk menerangi orang-orang di sekelilingkita?

3. Menjadi Orang Kristen Yang Berbeda.

Mengapa kita harus menajdi orang Kristen yang berbeda? Menjadi orang Kristen saja tidak cukup. Mengapa tidak cukup? Paulus berkata,“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia initetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma pasal 12 ayat 2). Sekarang ini banyak unsur kebudayaan dunia yang kelihatannya kristiani, namun hanya kulit luarnya saja. Banyak juga orang yang mengaku dirinya Kristen, tetapi tidak bisa dibedakan lagi dengan orang dunia. Kelakuan mereka, cara mereka berpikir dan tutur kata mereka sama seperti orang-orang dunia. Orang Kristen harus bisa membuat suatu perbedaan !, Kita boleh sama dalam bentuk fisik, namun rasanya berbeda ! Bagaikan biji pasir dengan biji gula pasir. Sulit untuk dibedakan bentuknya, tetapi dari rasanya orang akan tahu, siapa yang gula pasir.

Pada waktu kerusuhan yang terjadi di Jakarta, ada sebuah cerita. Ada sebuah show-room mobil yang akan dibakar dan dihancurkan massa. Saat itu juga pemilik showroom keluar dan memohon-mohon kepada massa agar tokonya jangan dibakar. “Tolonglah…. ambil saja salah satu mobil yang ada di dalam sana. Atau nanti saya kasih uang banyak.  Tapi tolong, toko saya jangan dibakar.” Akan tetapi sayang sekali, dalam kehidupan sehari-harinya, orang yang agamanya Kristen ini, selalu memandang sebelah mata kepada masyarakat di sekitarnya, dan tidak pernah bergaul dengan mereka. Akibatnya, seperti yang dapat diduga, tokonya tetap dirusak massa.

Sebaliknya ada pula rumah seorang Kristen yang justru dijaga oleh tetangga-tetangganya, “Jangan ganggu rumah ini, pemilik rumah ini orang baik.” Kata penduduk setempat  ketika massa hendak merusak rumah itu. Rumah itu beserta keluarga yang ada di dalamnya selamat. Ternyata fungsi orang Kristen ini sebagai garam bisa dirasakan oleh penduduk di sekitarnya sehingga mereka melindunginya.

Menjadi garam dan terang, inilah yang membuat orang Kristen jadi berbeda. Ia seperti Yusuf di istana Firaun, Daniel di istana Nebukadnezar, Yohanes Pembaptis di istana Herodes, dan Paulus di istana Agripa. Orang Kristen itu harus berbeda- inilah konsekuensi menjadi garam. Tetapi ketika garam itu menjadi tawar, ia tidak beguna lagi. Yesus berkata bahwa garam yang tawar itu akan dibuang serta di injak-injak orang (Matius pasal 5 ayat 13). Yosephus mencatat, bahwa suatu ketika persedian garam yang disimpan dalam gudang-gudang di Bait Allah di Yerusalem telah rusak. Garam itu disuruh buang oleh Herodes di pelataran Bait Allah dan diinjak-injak orang.

Menolak berfungsi sebagai garam berarti berhenti menjadi garam. Menolak berfungsi sebagai terang, bearti berhenti menjadi terang. Dan menolak menjadi garam dan terang dunia berarti menolak menjadi orang Kristen. Kalau hal ini terjadi, maka kita tidak lagi berguna untuk umat manusia, sama seperti garam yang menjadi tawar, tidak akan menjadi garam lagi, tidak dapat digunakan untuk apapun selain dibuang dan diinjak-injak orang. Sama seperti pelita yang diletakkan di bawah gantang yang tidak ada cahayanya.

Maukah kita kembali kepada arti dan menjadi menjadi orang Kristen yang sebenarnya? (Habis)

Related posts

Leave a Reply to Adrianus Rumbrapuk

18 comments

  1. Amen luar biasa…
    sedikit masukan..
    mengenaai Suaranya Spiker..Perlahankan sedikit supaya enak didengar..Terima kasih.. GBU

  2. Puji Tuhan dan terima kasih dengan perenungan firman Tuhan.
    Tuhan memberkati.

  3. Shalom, untuk speaker pengaturan bukan diaplikasi kak, tapi langsung dari handphonenya. Trims. GBU.

  4. trima kasih aplikasi ini sangat membantu saya lbh dalam lagi mengenal Tuhan Yesus, sukses selalu Tuhan Yesus memberkati.amin

  5. puji tuhan olh anugrahNya smua ditencanakan smuanya bail

  6. saya sangat menyukai renungan ini semoga kita menjadi bagian dari pelita yang bisa/atau selalu menerangi orang.

  7. thanks…. saya sangat terbantukan melalui aplikasi ini, trus maju….menjadi berkat bgi banyak org….gbu.

  8. khotbahya bagus tertarik.
    namun tolong buat Denah khotbah dalam metode Homelitika. Dimana pembahasan mengenai Historika dan Dramatikanya.

    agar para pembaca dan pendengar bisa memahami lebih mudah