Cara Menyampaikan Khotbah Dengan Baik (Part 2)

  • Whatsapp

Langkah-langkah Mempersiapkan Khotbah

Langkap-langkah di dalam mempersiapkan sebuah khotbah adalah sebagai berikut:

Persiapan

  • Memilih nas atau pembacaan yang sesuai dengan kondisi/situasi yang dihadapi pendengar (syukur, dukacita, Hari-hari Raya dll).
  • Menentukan tujuan khotbah dengan jelas. Hal ini sangat perlu supaya pengkhotbah mendisiplinkan pikirannya untuk berbicara sesuai arah yang sudah ditetapkan. Banyak khotbah yang membuat jemaat bingung karena pengkhotbah tidak tahu kemana dia membawa pendengar dengan khotbahnya.
  • Membaca bahagian Alkitab tersebut dengan teliti dan berulang-ulang (didahului dengan berdoa). Maksudnya agar sambil membaca, kita berusaha untuk menangkap makna setiap kata atau ucapan di dalam bacaan/nas tersebut. Dalam hubungan dengan membaca bagian Alkitab ini, maka seorang pengkhotbah harus mencermati dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan:
    1. Pelaku dalam nas: nama orang (Petrus, Daud dst), jenis kelamin, rupa orang itu (perawakannya), bentuk badan (Zakheos: pendek, Saul lebih tinggi dari orang sebangsa-nya), watak pelaku: keras, lembut .
    2. Kedudukannya:(a)dalam keluarga (anak sulung/bungsu), perannya dalam keluarga bagaimana (bnd. alasan mengapa Yakob lebih mengasihi Yusuf daripada yang lainnya); (b) dalam masyarakat: yakni apa pekerjaan mereka (pemungut cukai, Farisi, nelayan, petani, gembala dll). Bagaimana hubungan pelaku dengan orang lain: Zakheus yang dibenci, Yusuf Arimate yang disegani dstnya.
    3. Tempat di mana peristiwa terjadi, jalan mana yang ditempuh, suasana atau kesulitan apa yang dihadapi (Mis: orang yang dirampok di jalan dari Yerikho dst, di kota, padang gurun, dst)
    4. Waktu: ada peristiwa yang terjadi waktu siang (perempuan Samaria), ada peristiwa waktu malam (Nikodemus) dst.
  • Menafsir yakni usaha untuk menangkap pengertian dari bacaan yang sudah ditentukan untuk dikhotbahkan. Hal yang sangat perlu untuk diperhatikan di dalam menafsir adalah: latar belakang kitab/nas yang akan dikhotbahkan, kata-kata kerja atau kata sifat, nas sebelum dan sesudahnya (hubungan ke muka dan hubungan ke belakang), misalnya kita mau berkhotbah dari Roma pasal 12 ayat 1, kita harus melihat atau memperhatikan pula Roma pasal 11 ayat 36 dan Roma pasal 12 ayat 9 dst.

Khusus untuk kitab Injil, perlu pula diperhatikan nas yang sejajar. Misalnya Lukas pasal 21 ayat 1 sampai 4 // Markus pasal 12 ayat 41 sampai 44, maksudnya ialah untuk memperkaya kita di dalam menyampaikan maksud nas terutama penekanan dari nas tersebut baik dari Lukas mau pun dari Markus.

Dalam hubungan dengan nas Lukas pasal 21 ayat 1 sampai 4, maka yang perlu ditafsirkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih dalam adalah: bagaimana kedudukan seorang janda miskin di kalangan orang Yahudi; Apa arti kata kekurangan dan kelebihan, dan bagaimana kalau kita membandingkan dengan kondisi kita sekarang; Mengapa persembahan janda miskin yang diterima oleh Tuhan dan bukan sebaliknya. Untuk memperoleh berbagai informasi tadi kita dapat ditolong dengan berbagai buku penunjang seperti; kamus Alkitab atau tafsiran atau buku teks lainnya.

  • Setelah menafsir, tugas kita adalah menyusun khotbah dengan memperhatikan kerangka sebuah khotbah ( akan dijelaskan di bawah).

Susunan/Kerangka Khotbah

Secara umumsebuah khotbah memiliki kerangka atau susunan sebagai berikut:

Pendahuluan

Pendahuluan merupakan jembatan atau pintu masuk kepada isi khotbah. Tujuannya adalah untuk membangkitkan minat pendengar atau mempersiapkan pendengar untuk masuk dalam isi khotbah. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pendahuluan adalah:

  • Harus singkat tetapi jelas
  • Tidak boleh panjang dan berbelit-belit sehingga membosankan pendengar.
  • Harus mempunyai hubungan dengan isi/tema khotbah
  • Harus menarik perhatian pendengar/membangkitkan minta untuk mendengar

Isi/Tubuh Khotbah

Isi atau tubuh khotbah adalah inti dari sebuah khotbah yang akan kita sampaikan kepada jemaat atau pendengar. Dalam menyusun isi khotbah, kita dapat dibantu  dengan beberapa pertanyaan :

  • Apa, misalnya tentang tema kebahagiaan tadi. Apa itu kebahagiaan menurut nas tadi atau apa itu kebahagiaan menurut masyarakat secara umum atau bahkan menurut kita sendiri. Pertanyaan apa ini, dapat dijawab dengan membuat definisi atau penjelasan.
  • Kapan, kapan seseorang mengalami kebahagiaan, apakah ketika memperoleh banyak harta, ketika memiliki jabatan, atau kapan?
  • Mengapa? Mengapa setiap orang membutuhkan kebahagiaan atau mengapa manusia susah memperoleh kebahagiaan yang dia harapkan?

Penutup/Aplikasi

Penutup atau aplikasi khotbah adalah berupa kesimpulan dari khotbah yang kita siapkan dan sampaikan kepada pendengar atau jemaat. Untuk membuat kesimpulan ini, kita dapat dibantu dengan pertanyaan: bagaimana atau apa yang seharusnya kita lakukan sehingga kebahagiaan itu kita raih. Jawabannya dapat berupa: nasehat, teguran, ajakan!

Sebagaimana dalam pendahuluan maka dalam bahagian penutuppun, seorang pengkhotbah tidak boleh membuat kesimpulan yang panjang dan bertele-tele. Kesimpulan harus singkat dan jelas serta merangkum keseluruhan bahagian isi khotbah.

Bentuk-bentuk Khotbah :

Bentuk Nas

Khotbah dalam bentuk nas yakni pengkhotbah memilih salah satu nas dari satu perikop. Misalnya dari Matius pasal 5 ayat 13 atau Matius pasal 10 ayat 16. Kebaikan dari khotbah bentuk nas adalah pengkhotbah terhindar dari mengatakan semua hal (melompat ke sana kemari) dalam sebuah khotbah. Namun dia juga memiliki kelemahan karena apabila pengkhotbah tidak selektif di dalam memilih nas akan mereduksi atau mengurangi makna yang sesungguhnya dari bahagian tersebut. Untuk menghindari berbagai kelemahan di dalam memilih nas, maka seorang pengkhotbah harus memperhatikan hal-hal berikut:

  • Pilih nas yang mengandung arti mendalam dan memungkinkan pengkhotbah untuk menyusun khotbah dengan uraian-uraian yang bermutu serta yang kena mengena dengan kehidupan nyata jemaat. Misalnya Imamat pasal 20 ayat 26; Keluaran pasal 3 ayat 11.
  • Jangan memilih nas yang aneh-aneh dan yang bisa menimbulkan perasaan kurang enak di hati pendengar atau yang kurang jelas maksudnya (misal: Kisah Para Rasul pasal 5 ayat 3; 1 Timotius pasal 1 ayat 4).
  • Sebaiknya menghindari pemotongan atau pemenggalan nas atau hindari pula nas yang terlalu panjang (bandingkan. Mazmur pasal 8 ayat 3).
  • Periksalah apakah nas yang dipilih mengandung arti kiasan (konotatif) atau arti yang sesungguhnya (denotatif), misalnya: Yohanes pasal 2 ayat 19.
  • Perlu pula membedakan kata yang sama dari penulis atau kitab yang berbeda. Misalnya, apakah arti kata tubuh dalam Yehezkiel pasal 11 ayat 19 dengan Roma pasal 1 ayat 3 atau Efesus pasal 2 ayat 3.
  • Janganlah nas dilepaskan dari keadaan penulis atau lingkungan serta inti cerita secara keseluruhan. Karena itu, apabila berkhotbah berdasarkan nas bukanlah berkhotbah dengan cara merangkai nas yang satu dengan yang lainnya atau mengutip ayat yang satu lompat ke ayat lainnya tanpa memperhatikan latar belakang penulis.

Bentuk Perikop

Khotbah berdasarkan perikop adalah khotbah yang memakai atau mengangkat satu perikop sebagai dasar khotbah. Kebaikan bentuk ini adalah pengkhotbah dengan bebas bergerak untuk menyampaikan firman Tuhan tanpa dibatasi oleh nas tertentu (hanya 1 nas). Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengkhotbah yang memilih bentuk perikop.

  • Perlu ada penguasaan akan isi Alkitab khususnya perikop yang akan dikhotbahkan.
  • Sebuah perikop yang terlalu panjang akan membosankan pendengar karena itu hindarilah hal ini.
  • Apabila kurang persiapan maka ada kecenderungan pengkhotbah hanya menceritakan kembali

perikop tersebut tanpa menjelaskan makna dari bacaan dimaksud.

Bentuk Tema

Bentuk tema adalah khotbah yang disusun atau disampaikan berdasarkan satu tema tertentu. kebaikan bentuk ini adalah seorang pengkhotbah akan memfokuskan perhatian kepada masalah secara serius sehingga pendengar dapat memahami dengan lebih baik apa yang disampaikan. Akan tetapi, seorang pengkhotbah di dalam memilih tema perlu memperhatikan:

  • Tema harus merupakan rumusan kalimat yang padat, berisi dan menarik perhatian.
  • Jika merumuskan tema, pastikan bahwa kita sungguh-sungguh menguasai seluk-beluknya. Ibarat seorang penjual jeruk, kita harus tahu asal-usulnya, terutama rasa jeruk tersebut sehingga meyakinkan pembeli/pendengar.
  • Di dalam memilih tema perlu sesuaikan dengan situasi atau kondisi pendengar sehingga dapat dipahami dengan baik.

Bersambung Part 3…

Related posts

Leave a Reply

6 comments

  1. Artikel yang sangat membantu dalam persiapan belajar berkotbah, GBU